Keberhasilan Seringkali Dimulai dari Kegelisahan Dalam Diri, Bukan sekedar FOMO

Dalam perjalanan hidup, beberapa orang mengalami kegelisahan yang mendorongnya untuk berubah dan berkembang. Namun, penting untuk membedakan antara kegelisahan yang produktif dan sekadar FOMO (Fear of Missing Out). Kegelisahan yang berasal dari dalam diri sering kali menjadi pemicu keberhasilan karena berakar pada refleksi dan dorongan untuk bertumbuh. Sementara itu, FOMO lebih sering muncul karena tekanan sosial atau keinginan untuk mengikuti tren tanpa tujuan yang jelas.

Seorang pembelajar yang merasa gelisah karena belum memahami suatu konsep akan terdorong untuk mencari tahu lebih dalam. Pendidik yang menyadari bahwa metode pembelajarannya kurang efektif akan mencari pendekatan baru yang lebih interaktif. Dalam penelitian Biologi contohnya, banyak penemuan besar—seperti teori evolusi oleh Darwin atau penelitian tentang DNA oleh Watson dan Crick—berawal dari kegelisahan para ilmuwan yang merasa ada sesuatu yang belum terjawab. Di sisi lain, FOMO bisa menjadi distraksi dalam dunia pendidikan. Siswa yang hanya memilih suatu jurusan karena melihat teman-temannya melakukannya, atau seorang peneliti yang tergesa-gesa mengadopsi tren tanpa pemahaman mendalam, bisa saja kehilangan esensi  proses belajar itu sendiri. 

Di era digital dan penggunaan media sosial, FOMO semakin sering dirasakan. Melihat teman-teman sukses, berlibur, atau mencapai sesuatu bisa memicu perasaan takut tertinggal. Namun, dorongan yang lahir dari FOMO sering kali bersifat sementara dan tidak berakar pada kebutuhan atau keinginan yang sebenarnya. Misalnya, seseorang yang terburu-buru mengikuti gaya belajar tertentu hanya karena orang-orang sekitar melakukannya, tanpa benar-benar memahami minat atau kemampuannya. FOMO sering kali membuat seseorang bertindak tergesa-gesa tanpa perencanaan matang, mengikuti sesuatu hanya karena orang lain melakukannya, dan merasa cemas dan tidak puas meskipun sudah mencoba banyak hal. 

Dalam Islam, kegelisahan dalam diri sering kali dianggap sebagai tanda bahwa seseorang sedang mencari arah, makna, atau tujuan dalam hidupnya. Kegelisahan ini bisa menjadi pemicu untuk introspeksi dan menemukan minat yang sejati. Dalam Q.S. Ash-Sharh ayat 5-6, Allah SWT berfirman:

"Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."

Ayat ini mengajarkan bahwa kegelisahan atau ketidaknyamanan bukan sesuatu yang harus dihindari, tetapi dapat menjadi jalan untuk menemukan solusi dan pertumbuhan diri. Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya mengenali diri sendiri (man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu – "Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya"). Dengan memahami apa yang menggelisahkan hati, seseorang dapat berhasil mencapai tujuan yang ingin dicapai. Mahasiswa, pendidik, dan peneliti yang mau menggali lebih dalam karena rasa ingin tahu yang tulus akan lebih mudah menemukan pemahaman yang bermakna serta berkontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagaimana organisme yang berevolusi untuk beradaptasi dengan lingkungannya, manusia juga dapat berkembang dengan memanfaatkan kegelisahan sebagai pemicu keberhasilan. Wallahua'lam, semoga bermanfaat.




Postingan Populer