... perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’am: 99)

Sabtu, 08 November 2014

Sudahkah kita berprasangka baik?

Sosial. Ya, kita adalah makhluk sosial. Kita dirancang menjadi makhluk
yang hidup bersama, berkenalan. Kita ditakdirkan hidup berkelompok,
berbangsa untuk saling mengenal, bukan hanya sekedar tahu. Dengan
saling mengenal maka muncul ikatan emosi. Orang tidak serta merta
bangga tahu seseorang hanya karena saling tahu, tapi dengan saling
mengenal maka banyak hal yang bisa diungkap dan berbagi manfaat satu
dengan yang lain.
Dalam bergaul kita tidak bisa mengedepankan prasangka buruk. Dengan
orang yang suka berbohong saja kita diperintahkan tabayyun atau
klarifikasi. Lalu bagaimana dengan orang yang kita tahu latar
belakangnya? Prasangka baik.
Tapi prasangka baik apakah masih ada di tengah-tengah kita? Ada tapi
ada tanda kutip kira-kira begitu. Hanya situasional, dengan segmen
teman tertentu, ada exception. Sekedar ilustrasi saja, menjelang sore
seorang teman kerja akan berangkat ke kota untuk bekerja esok harinya.
Kemudian mendadak sakit sehingga keberangkatan ditunda esok hari
dengan konskuensi terlambat. Sesampai di kantor esok hari disindir
oleh atasannya padahal sudah minta ijin kalau datang terlambat karena
sakit. Apakah itu mencerminkan prasangka baik? Sepertinya tidak. Saat
kita bekerja emosi juga sangat menentukan. Ketika perlakuan orang
tidak seperti diperkirakan maka emosi sedikit banyak terpengaruh,
kinerja pun terpengaruh. kecuali yang sudah mencapai kestabilan emosi
yang baik atau tidak peka kalau disindir tadi.

Artikel Terakhir