Setiap hari Sabtu biasanya kami sekeluarga jalan-jalan ke daerah wisata atau pasar di sekitar rumah. Maklum rumah kami di daerah dekat pantai sehingga cukup mudah mencari tempat rekreasi.
Sabtu kemarin kami jalan-jalan ke daerah Pantai Cengkrong. Meskipun daerah pantai sudah tidak berbentuk karena abrasi namun ada landmark baru yang patut dikunjungi, yaitu Hutan Mangrove (Bakau) Cengkrong dan Jembatan Cengkrong yang ada di bawah Bukit Kumbakarna dan melintas di atas muara sungai.
Hutan Bakau Cengkrong merupakan pengembangan tanaman bakau yang berada di lahan Perhutani dan dikelola oleh kelompok masyarakat. Sepanjang ini belum dipungut restribusi karena belum banyak terekspos keluar. Sedangkan Jembatan Cengkrong merupakan ruas Jalur Lintas Selatan yang menghubungkan Pantai Prigi dan Pantai Damas.
Kami kesana sambil melatih kemampuan menyetir saya. Saat di Hutan Mangrove disana sudah ada bangunan masjid dan beberapa toko serta sarana toilet. Saat terakhir kesana bangunan itu belum berdiri. Saat di masjid terjadi dialok saya dengan ayah mertua saya.
Saya : "Tun, kalau di pantai nama masjid selalui berkaitan dengan Bahri. Kalau di rest area jalan tol beda lagi Tun. Namanya mesti Al-muhajirin atau Al-Musarifin"
Ayah Mertua : "Nurus Sayyaroh"
Saya : "Wakakakakak..... " (Ngakak hebat)
Ibu dan Istri : ????!.....
Ibu dan istri saya bingung kenapa saya tertawa. Saya merasa lucu dengan nama masjid yang disebut ayah tadi. Nurus Sayyaroh. Yang terbayang oleh saya adalah lampu mobil yang terang dan mobil yang kinclong. Apabila diartikan per-kata, Nur artinya cahaya dan Sayyaroh artinya mobil. Jadi Nurus Sayyaroh artinya cahayanya mobil. Lampu donk.... Saya hampir tanya ke ayah, "cahayanya mobil atau mobilnya yang bercahaya alias kinclong, Tun??" Tapi buru-buru dilarang istri saya. :-)
