Beli laptop dengan uang 'curian'
Awal 2011 saya pindah sementara di Bandung. Saya kos di daerah Suci (Surapati-Cicaheum). Disana lantai bawah dihuni pemilik rumah yang sudah lumayan uzur.
Hari-hari pertama kos sangat sepi karena yang kos hanya dua orang. Saya dan seorang pegawai Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Namun setelah minggu kedua banyak orang mencari kos. Setelah beberapa orang hanya melihat-lihat dan tidak cocok karena berbagai alasan, akhirnya ada seorang pemuda yang usianya kira-kira di atas saya dan berniat tinggal. Dengan alasan proses pindah maka dia sementara tinggal hanya siang hari. Saya sempatkan ngobrol dengan dia. Dia mengaku kuliah di sebuah universitas. Saya tidak menaruh curiga karena saya tidak tahu kalau universitas itu agak jauh dari kos. Namun yang membuat agak heran dia mempersilakan saya duduk di kursi sedangkan dia di lantai. Setelah itu beberapa hari saya cuma berpapasan di depan kamar dengan dia.
Pada hari ketujuh, saat akan keluar saya merasa ada sesuatu yang ganjil, tapi saat itu saya cuma berpikir mungkin hanya perasaan saya.
Menjelang maghrib kembali perasaan saya tidak enak. Saya menelpon keluarga di Trenggalek, katanya ibu ndak ada apa-apa. Sesampai di kos saya dikejutkan pintu kamar sudah rusak. Sakitnya tuh disini..... Sabar... sabar.... sambil mengatur nafas. Laptop, uang lima juta, dan charger handphone raib. Esoknya saya dan bapak kos mendobrak kamar penghuni baru. Sesuai dugaan, dia malingnya. Orangnya tentu sudah tak kembali. Di kamarnya tinggal tas tempat saya menaruh uang. Alhamdulillah.... dikira tidak ada uang disitu. Tas itu berisi uang hasil tabungan saya setahun dari beberapa amplop yang saya terima. Setiba di bandung amplop itu saya buka semua dan uangnya saya jadikan satu amplop. Karena masih repot sampah amplop itu saya tinggal di tas tadi. Begitulah kira-kira kenapa tas tadi tinggal. Akhirnya dengan uang tadi saya beli laptop baru hari itu juga.
Hari-hari pertama kos sangat sepi karena yang kos hanya dua orang. Saya dan seorang pegawai Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Namun setelah minggu kedua banyak orang mencari kos. Setelah beberapa orang hanya melihat-lihat dan tidak cocok karena berbagai alasan, akhirnya ada seorang pemuda yang usianya kira-kira di atas saya dan berniat tinggal. Dengan alasan proses pindah maka dia sementara tinggal hanya siang hari. Saya sempatkan ngobrol dengan dia. Dia mengaku kuliah di sebuah universitas. Saya tidak menaruh curiga karena saya tidak tahu kalau universitas itu agak jauh dari kos. Namun yang membuat agak heran dia mempersilakan saya duduk di kursi sedangkan dia di lantai. Setelah itu beberapa hari saya cuma berpapasan di depan kamar dengan dia.
Pada hari ketujuh, saat akan keluar saya merasa ada sesuatu yang ganjil, tapi saat itu saya cuma berpikir mungkin hanya perasaan saya.
Menjelang maghrib kembali perasaan saya tidak enak. Saya menelpon keluarga di Trenggalek, katanya ibu ndak ada apa-apa. Sesampai di kos saya dikejutkan pintu kamar sudah rusak. Sakitnya tuh disini..... Sabar... sabar.... sambil mengatur nafas. Laptop, uang lima juta, dan charger handphone raib. Esoknya saya dan bapak kos mendobrak kamar penghuni baru. Sesuai dugaan, dia malingnya. Orangnya tentu sudah tak kembali. Di kamarnya tinggal tas tempat saya menaruh uang. Alhamdulillah.... dikira tidak ada uang disitu. Tas itu berisi uang hasil tabungan saya setahun dari beberapa amplop yang saya terima. Setiba di bandung amplop itu saya buka semua dan uangnya saya jadikan satu amplop. Karena masih repot sampah amplop itu saya tinggal di tas tadi. Begitulah kira-kira kenapa tas tadi tinggal. Akhirnya dengan uang tadi saya beli laptop baru hari itu juga.
